Saturday, December 7, 2013

BAB XII : Rangkuman BAB I s/d X

Berikut ini adalah rangkuman masing-masing bab mata kuliah Ilmu Sosial Dasar:


BAB I: Pengantar Ilmu Sosial Dasar

Ilmu sosial dasar (ISD) adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah sosial dan digunakan untuk pendekatan dalam pemecahan masalah-masalah sosial. Ilmu sosial dasar ini dipelajari di pendidikan tinggi agar para mahasiswa/mahasiswi diharapkan dapat :
  1. Mempelajari dan menyadari adanya berbagai masalah kependudukan dalam hubungan dan perkambangan masyarakat dan kebudayaan.
  2. Mempelajari dan menyadari masalah-masalah individu, keluarga dan masyarakat.
  3. Mengkaji masalah-masalah kependudukan dan sosialisasi serta menyadari identitasnya sebagai pemuda dan mahasiswa.
  4. Mempelajari hubungan atara warga Negara dan Negara.
  5. Mempelajari hubungan antara pelapis social dan persamaan derajat.
  6. Mempelajari masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan.
  7. Mempelajari dan menyadari adanya pertentangan-pertentangan social bersamaan dengan adanya integrasi masyarakat.
  8. Mempelajari usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh manusia untuk memanfaatkan kemakmuran dan pengurangan kemiskinan.

Ilmu Sosial Dasar bukan suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, tetapi suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang terwujud di kehidupan bermasyarakat. Istilah pengetahuan mempunyai pengertian yang menunjukkan adanya kelonggaran dalam batas dan kerangka berpikir dan penalaran, maka istilah ilmu pengetahuan telah digunakan karena mencakup suatu pengertian berpikir dan penalaran yang mempunyai suatu kerangka pendekatan mengenai masalah-masalah yang menjadi sasaran perhatiannya.
Adapun yang menjadi sasaran perhatian adalah:
  • Berbagai kenyataan yang bersama-sama merupakan masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri maupun sebagai pendekatan gabungan.
  • Adanya keanekaragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran dan pola-pola tingkah laku sendiri, karena banyaknya perbedaan menyebabkan adanya pertentangan maupun hubungan setia kawan dan kerja sama dalam masyarakat kita.
Dengan begitu mata kuliah Ilmu sosial dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengetahuan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa pa lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.




BAB II: Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan

Perkembangan penduduk di dunia setiap tahun semakin bertambah, hal ini disebabkan karena tingkat kelahiran (natalitas) yang tinggi serta karena adanya migrasi. Pertumbuhan penduduk di dunia ini makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Dengan begitu, maka bertambahlah sistem mata pencaharian hidup menjadi lebih kompleks. Dengan tingkat kelahiran yang tinggi di suatu Negara/wilayah juga menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.

Tidak semua Negara/wilayah memiliki taraf kehidupan yang baik dalam segala aspek seperti dibidang ekonomi, sosial,budaya, dll namun masyarakat yang menempati wilayah tersebut menginginkan kehidupan yang lebih baik oleh karena itu masyarakat tersebut melakukan migrasi yaitu perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional) atau melakukan urbanisasi (Perpindahan penduduk perdesaan ke perkotaan) maupun transmigrasi (pemindahan dan perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain dengan tujuan utama transmigrasi adalah menyebarkan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang kurang padat).

Di era globalisasi ini, kebudayaan dan Kepribadian di Indonesia sudah banyak di pengaruhi oleh kebudayaan barat contohnya di jaman sekarang makanan fast food mudah ditemui, dari bidang fashion model-model baju di Indonesia juga banyak yang dipengaruhi oleh kebudayaan barat, berkembangnya agama Kristen, Budha, dll itu semua merupakan dampak globalisasi. Namun, kita sebagai orang Indonesia tidak boleh melupakan kebudayaan asli Indonesia dan kita juga harus pandai memilah mana yang baik dan buruk dalam menerima pengaruh dari budaya asing yang masuk ke Indonesia




BAB III: Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri.

Keluarga adalah unit / satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.

Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu. Berikut ini adalah beberapa fungsi keluarga:

1. Fungsi biologis :
  • Meneruskan keturunan
  • Memelihara dan membesarkan anak
  • Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
  • Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis :
  • Memberikan kasih sayang dan rasa aman
  • Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
  • Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
  • Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :
  • Membina sosialisasi pada anak
  • Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
  • Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi :
  • Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
  • Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
  • Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)

5. Fungsi pendidikan :
  • Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
  • Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
  • Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
  • Masyarakat dinyatakan sebagai sekelompok manusia dalam suatu kebersamaan hidup dan dengan wawasan hidup yang bersifat kolektif, yang menunjukkan keteraturan tingkah laku warganya guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan masing-masing. Memiliki kenyataan dilapangan, suatu masyarakat bisaberupa suatu suku bangsa, bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku.
Seorang individu akan memiliki kepribadian yang baik apabila keluarga dari individu mendidik dan memberi pengaruh yang yang baik juga terhadap individu tersebut. Dengan kepribadian yang baik yang dimiliki oleh individu tersebut maka individu tersebut akan lebih mudah melakukan interaksi dengan masyarakat yang ada disekitarnya dan menjadi seorang yang aktif dalam bermasyarakat. Karena guru yang membentuk kepribadian seorang inidividu adalah dari keluarga kemudian masyarakat.





BAB IV: Pemuda dan Sosialisasi

Pemuda adalah generasi penerus dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan generasi tua. Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengaruh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi. 

Proses sosialisasi itu berlangsung sejak seorang individu (anak) lahir di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi. Proses sosialisasi akan berlangsung saat pemuda beranjak dewasa dan proses sosialisasi dapat memberikan dampak positif dan dampak negative bagi pemuda. Apabila proses sosialisasi sesuai dengan norma-norma akan membentuk kepribadian suatu individu yang baik dan kelak bisa menjadi generasi penerus bangsa.




BAB 5. Warga Negara dan Negara

Warga negara adalah orang yang tinggal di suatu negara dengan keterkaitan hukum dan peraturan yang ada dalam negara tersebut serta diakui oleh negara, baik warga asli negara tersebut atau pun warga asing dan negara tersebut memiliki ketentuan kepada siapa yang akan menjadi warga negaranya. Sedangkan Negara adalah suatu wilayah dimana didalamnya terdapat kumpulan masyarakat yang memiliki kekuasaan politik, ekonomi, militer, dan budaya. Sebuah Negara biasanya dipimpin oleh yang namanya pemerintah. Pemerintah merupakan penguasa tertinggi dalam suatu wilayah yang disebut negara.





BAB VI: Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

Pelapisan sosial di Indonesia terjadinya dengan sendirinya yaitu proses yang berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku. 

Pelapisan sosial ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:
  • Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajiban
  • Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa
  • Adanya pemimpin yang saling berpengaruh
  • Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar perlindungan hukum
  • Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri 
  • Adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu secara umum
Sedangkan Kesamaan derajat adalah sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah negara. Dan kesamaan juga diatur didalam UUD 1945.




BAB VII: Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Masyarakat kota adalah sekumpulan orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang mungkin bisa dikatakan lebih maju dan lebih modern dan mudah untuk mendapatkan suatu hal yang dicita-citakan . Karena masyarakat kota memiliki tingkat kegengsian yang sangat tinggi sehingga sulit untuk menemukan rasa solidaritas yang tinggi maka dari itu masyarakat kota lebih cenderung individualis, serta tingkat pemikiran, pergaulan dan pekerjaan yang hampir dapat dipastikan berbeda dengan masyarakat di desa .
Masyarakat desa adalah sekumpulan orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang memiliki keadaan yang sangat berbeda dengan masyarakat kota. Karena desa adalah kebalikan dari kota, tingkat solidaritas yang masih sangat tinggi , serta tingkat kegengsian yang sedikit , serta tingkat kekeluargaan yang masih ada, pergaulan, pemikiran, serta pekerjaan yang berbeda dengan kota.
Masyarakat kota terkadang memikirkan kegengsian yang sangat tinggi, karena mereka ingin memiliki sesuatu tanpa melihat apa yang sesuai ia miliki, sedang untuk masalah solidaritas, kota terkadang memikirkan individu mereka saja. Pemikiran yang berbeda dengan desa, pergaulan dikota yang sangat rawan bisa dikatakan sangat bebas, dan banyak ditemukan di banyak daerah,
Pekerjaan di kota pun bisa dikatakan sangat mudah ditemukan apabila kita mempunyai kemampuan yang diinginkan dunia usaha, karena berbagai macam pekerjaan terdapat di kota, rasa nyaman, tentram, dan damaipun sulit untuk ditemukan karena di kota cenderung bising karena kendaraan atau suara pabrik-pabrik besar, tempat yang hijau dan sejukpun sulit ditemukan, karena di kota sudah jarang sekali adanya pohon sebagai penghasil oxygen.
Masyarakat desa tidak memikirkan kegensian tetapi justru memiliki tingkat rasa kekeluargaan yang tinggi, dalam model pemikiranpun tidak semodern masyarakat kota, karena dibatasi dengan pekerjaan yang menjadi faktor utama dalam mencukupi kebutuhan hidup, karena desa bisa dikatakan hanya berisi dari kegiatan pertanian yang manjadi pekerjaan dan sumber utama untuk memenuhi kelangsungan hidup mereka, dalam hal kenyamanan hidup, desa memiliki nilai yang sangat baik, karena desa memiliki nilai dari sektor daerah, tidak dapat dipungkiri lagi daerah desa sangat nyaman dan tentram, damai, sejahtera, serta daerahnya pun dihiasi oleh pemandangan yang masih indah dan asri.

Ciri masyarakat perkotaan :
  1. Lebih padat
  2. Heterogen
  3. Mobilitasnya tinggi
  4. Lebih menghargai waktu (tidak tergantung pada alam)
  5. Daya saing (kompetisi) yang tinggi dan menimbulkan individualistik.

Ciri masyarakat pedesaan :
  1. Lebih longgar
  2. Homogen
  3. Pola hidup sederhana
  4. Tergantung pada alam
  5. Hubungan antar warganya lebih mendalam




BAB VIII: Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya, sama halnya dengan konflik. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Banyak rakyat dan pemimpin negara yang mempunyai argumen masing-masing untu kepentingannya. Namun Kadang juga secara terioristis, perbedaan kepentingan dapat menimbulkan masalah yang besar bagi orang yang melakukanya. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres. 

Dibawah ini yang merupakan bagian dari faktor penyebab konflik :
  1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
  2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
  3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
  4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Namun dibalik konflik tersebut terdapat sebuah Lubang hitam yang begitu besar yang bisa menghantui siapa saja , dibawah ini merupakan akibat dari konflik :
  1. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
  2. Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
  3. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu.
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ethosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.






BAB IX: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan

Ilmu Pengetahuan, yaitu: sesuatu yang secara teratur diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif serta memiliki arti atau makna tersendiri bagi penerimanya.

Teknologi, yaitu: sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.






BAB X: Agama dan Masyarakat

Agama merupakan salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari.

Berikut beberapa alasan pentingnya agama, antara lain adalah :
  • Karena agama merupakan sumber moral.
  • Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
  • Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
  • Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Fungsi agama di bidang social : dimana agama bisa membantu para anggota-anggota masyarakat dalam kewajiban social.

Fungsi agama dalam sosialisasi : dapat membantu individu untuk menjadi lebih baik diantara lingkungan masyarakat-masyarakat yang lain supaya dapat berinteraksi dengan baik.

Fungsi agama dalam masyarakat :
Prof. Dr. H. Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama membantu kita memahami beberapa fungsi agama dalam masyarakat, antara lain:
  1. Fungsi Edukatif (Pendidikan).
  2. Fungsi Penyelamat.
  3. Fungsi Perdamaian.
  4. Fungsi Kontrol Sosial.
  5. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas.
  6. Fungsi Pembaharuan.
  7. Fungsi Kreatif.
  8. Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi).
Fungsi agama dalam kehidupan manusia : Membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Pelembagaan agama adalah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi struktur agama. Dimensi ini mengidentifikasikan pengaruh-pengaruh kepercayaan di dalam kehidupan sehari-hari.


Nama : Ardian Pramana
NPM : 11113244
Kelas : 1 KA 07

Friday, December 6, 2013

BAB XI : Studi Kasus BAB I s/d BAB X

Berikut ini merupakan beberapa contoh studi kasus masing-masing bab mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, dimulai dari bab 1 sampai dengan bab 10, berikut rangkumannya:

BAB I : Pengantar Ilmu Sosial Dasar

Aplikasi Mata Pelajaran IPS Terhadap Kepedulian Sosial

Apakah yang dimaksud dengan Pekerjaan itu? Apakah hanya untuk orang-orang yang bekerja di kantor dan berseragam? Bagaimana dengan pekerjaan sebagai pengepul sampah?

Saya adalah seorang guru Sekolah Dasar kelas 3 di SDN Sumber Wetan 2. Pada mata pelajaran IPS Kelas 3 ada pembahasan tentang mata pencaharian. Ketika saya mulai menjelaskan tentang jenis-jenis pekerjaan, tiba-tiba saya dikejutkan dengan sebuah teriakan, “Bu guru, ayah Huda seorang rop-orop (pengepul sampah)”. Teriakan siswa itu kontan saja menimbulkan gelak tawa dari teman-temannya. Sementara Huda merasa tersinggung dengan cemoohan teman-temannya.


Dari kisah tersebut akhirnya saya menanyakan kepada mereka apa sebenarnya arti pekerjaan? Jawaban anak-anak sangat bervariasi. Salah satu jawaban menyebutkan bahwa pekerjaan itu hanya untuk orang-orang yang bekerja di kantor dan berseragam. Sementara pekerjaan pengepul sampah seperti ayah Huda bukanlah jenis pekerjaan seperti yang sudah saya jelaskan.

Akhirnya muncul ide untuk mengajak anak-anak mengunjungi tempat pengepul sampah yang kebetulan lokasinya tidak jauh dari sekolah kami.

Sebelum menuju lokasi, saya bentuk kelompok belajar agar lebih memudahkan kunjungan tersebut. Disana mereka tertegun karena begitu banyak timbunan plastik bekas botol minuman dikumpulkan oleh para pengepul sampah. Sampah dikumpulkan menurut warna dan jenisnya. Lalu botol bekas tersebut digiling untuk dikirim ke pabrik pembuatan barang-barang plastik.

Setelah mengamati proses penggilingan sampah, siswa mengadakan tanya jawab dengan para pekerja. Dari hasil tanya jawab, siswa membuat laporan kegiatan untuk dikumpulkan.

Kegiatan tanya jawab kepada pekerja pemilah sampah.

Kegiatan mengamati penggilingan sampah

Sampah setelah digiling dipilah berdasarkan warnanya


Opini: Selain mempelajari teori mengenai ilmu sosial di kelas, ada baiknya juga diselingi dengan tinjauan ke lapangan. Seperti pada kasus diatas, siswa-siswi kelas 3 SD diajak untuk mengunjungi dan mengamati kegiatan mata pencaharian seorang Orang tua murid di kelas, sehingga diharapkan adanya peningkatan kepedulian siswa terhadap mata pencaharian sesorang, sehingga siswa tersebut dalam kesehariannya menjadi lebih menghargai pekerjaan orang lain.



BAB II : Penduduk Masyarakat dan Kebudayaan

 Jambore Iket Sunda Bentuk Nyata Pelestarian Budaya

Dikutip dari : http://www.detiklampung.com/berita-355-jambore-iket-sunda-bentuk-nyata-pelestarian-budaya.html

DL/01092013/Bandarlampung.

Beragam cara bangsa Indonesia untuk dapat melestarikan dan mengembangkan budaya negeri ini. Satu diantaranya adalah dengan mengangkat kearifan local ke tingkat nasional bahkan internasional. Seperti yang dilakukan oleh komunitas iket Sunda (KIS) Jawa Barat yang akan menghelat Jambore Iket Sunda tingkat internasonal di Pangandaran – Banten, 8 September mendatang.

Ini diungkapkan Gunawan Sejati, penggagas komunitas iket Sunda di Lampung, kepada detiklampung.com, Minggu (01/09). “Kami siap mengikuti Jambore Iket Sunda, karena selain itu event besar internasional, juga akan memberikan semangat bagi kami untuk membentuk KIS regent Lampung,” kata Gunawan.

Sementara ini, meskipun belum secara resmi dikukuhkan, KIS sudah mempunyai komunitas lebih dari 300 orang di seluruh Lampung. “Ini kan baru digagas, sambutannya cukup lumayan cepat dari teman-teman, bahkan bukan saja dari etnis Sunda, juga yang lain,” tambahnya.

Menurut Gunawan, iket adalah sejenis penutup kepala yang berciri khas Sunda ada beberapa macam, seperti Barangbang Semplak, Julangapak, Parengkos Jengkol, Parengkos Nangka, dan beberapa lagi, termasuk satu kreasi yang sedang diproduksi di Lampung Tengah adalah Parengkos Gajah Lampung.

“Ini kekayaan budaya yang harus dilestarikan, dan dapat dipadukan dengan khas daeah dimana kita tinggal. Seperti di Lampung ini. Ayah saya sudah merancang sebuah iket dengan corak Sunda namun berornamen batik Lampung. Ini akan menambah kecintaan kita terhadap budaya negeri ini,” kata staf Humas Kabupaten Lampung Tengah itu.

Sementara menurut ketua perguruan Sonia Wening, Amien, atau yang lebih akrab dipanggil Laleur Bodas (Lalat Putih), menegaskan bahwa saat ini Paguyuban Jawa Barat memang sedang mempersiapkan pertemuan se provinsi Lampung yang kebetulan juga direncanakan tanggal 8 September mendatang. “Tempatnya kami sepakati SLB Bandarlampung. Ini juga dalam rangka tetap melestarikan budaya Indonesia. Bentuknya memang pagelaran Seni Sunda dalam rangka halal bihalal kami, Lampung Tengah mendapat tugas untuk mengirimkan kelompok pencak silat.” katanya.

Komunitas masyarakat Sunda di provinsi Lampung cukup besar, pada data BPS tahun 2009, dari 8 juta penduduk Lampung, etnis Sunda berjumlah 2 juta jiwa. Dan ini terus berkembang. “Kami tetap tidak melupakan budaya asal daerah, tetapi tetap menjunjung tinggi adat dan budaya dimana kami berada. Di mana bumi dipijak, di situ langit di junjung, begitulah kira-kira,” tambah Amin. (R-01)


Opini: Beragamnya corak budaya bangsa Indonesia menjadi warisan yang tidak ternilai harganya, oleh karena itu, pelestarian budaya seperti yang dilakukan penduduk Lampung yang ber-etnis Sunda ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam melestarikan buadaya bangsa. Meskipun tidak sedang menetap di wilayah provinsi sunda, tetapi tetap tidak melupakan budaya yang diwarisakan secara turun-temurun dalam etnis Sunda. Selain itu perpaduan budaya kesenian Sunda dan corak batik Lampung tersebut dapat menambah kecintaan terhadap budaya bangsa.






BAB III : Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Istri Korban KDRT: Sedih Lihat Anak Tiru Perilaku Kasar Ayah


TRIBUNNEWS.COM -- Istri aparat polisi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hanya bisa menahan sesak di hati. Dalam hati tidak tahan dengan kelakuan sang suami, namun dia tidak berdaya.

"Saya bertahan karena anak. Kalau saya berpisah dari suami, saya tidak memiliki jaminan bisa mendidik dan menyekolahkan anak saya secara layak. Karena itu, saya masih butuh suami untuk menghidupi dua buah hatiku,” kata Rianti, istri seorang bintara polisi kepada Surya, Senin (11/3/2013).

Yang membuat perempuan 30 tahun itu makin tersiksa, kondisi psikologis anaknya terpengaruh oleh kekerasan yang dilakukan suami. Beberapa kali sang anak menyaksikan langsung bagaimana bapaknya menganiaya sang ibu.

“Karena kekerasan yang saya alami ini, anak saya menjadi temperamental. Anak saya yang kedua, sering memukul temannya. Saya sampai dipanggil ke sekolah,” katanya. Anak pertama Rianti perempuan dan yang kedua laki-laki.

Anak sulung Rianti sedikit berbeda. Dia lebih sering melampiaskan kemarahan dengan menyakiti diri sendiri. Kondisi inilah yang membuat hati Rianti teriris. Dia tidak menyangka, kekerasan yang dialami berdampak pada kedua anaknya.

“Saat saya dipukul hingga terluka dan menangis, anak saya ada di rumah. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena masih kecil. Saya merasa kasihan karena mereka harus melihat ibunya dipukul ayahnya,” tutur Rianti.

Sejak dalam kandungan, anak-anak Rianti memang sudah 'mendapatkan' perlakuan kasar dari ayahnya. Rianti kerap dipukul suaminya saat dia mengandung. Bahkan, sang suami pernah memukulnya dengan kipas angin dan membenturkan kepalanya ke tembok.

Dia kemudian menduga-duga, sifat keras sang anak itu tertanam sejak masih dalam kandungan. “Tentu kondisi ini membuat saya sedih. Saya tidak ingin anak saya menjadi korban. Saya ingin mereka tumbuh normal selayaknya anak-anak seusia mereka,” kata Rianti.

Rianti pernah berencana mengungsikan anak-anaknya dari rumah. Dia ingin menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren. Selain untuk mempertebal agama, Rianti tidak ingin kejiwaan anaknya semakin terganggu karena aksi kekerasan yang dialami ibunya.

Hanya saja, sebagai seorang ibu, Rianti juga tidak bisa jauh dari sang buah hati. Dia masih berat melepas anaknya ke pondok pesantren. “Ibu mana yang bisa jauh dari buah hatinya. Tapi Insya Allah saya nanti kuat karena ini demi anak-anak,” imbuhnya.

Masalah lain kemungkinan juga muncul jika rencana itu terealisasi. Rianti cemas kekerasan yang dialami semakin menjadi-jadi kalau kedua anaknya tidak berada di rumah. Menurutnya, peredam emosi sang suami adalah dua anaknya itu.

Suami Rianti memang kerap luluh saat melihat anak-anaknya, terlebih anak kedua mereka. “Tidak ada cara lain agar suami saya lebih sabar kecuali memperbanyak interaksi dia dengan anak-anak,” katanya.

Cara ini untuk sementara memang mulai ada hasil. Rianti mengaku kekerasan yang dialaminya mulai berkurang. Biasanya, dia mengalami kekerasan antara dua sampai tiga kali dalam seminggu. Kini sudah tiga minggu belakangan ini dia tidak dikasari oleh sang suami.

Rianti juga memilih lebih sabar menghadapi suaminya yang memiliki temperamen tinggi. Bahkan, dialah yang kini berusaha lebih keras untuk mencari tahu kekurangan dirinya sehingga sang suami tega berbuat kasar. (Surya/idl)


Opini: Sikap anak sangat dipengaruhi oleh orangtuanya sendiri. Ada pepatah yang berbunyi "Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya". Oleh karena itu, sebagai orang tua hendaknya memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya.




BAB IV : Pemuda dan Sosialisasi 

Seks Bebas Masalah Utama Remaja Indonesia

BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) menyatakan bahwa masalah remaja bukan hanya persoalan narkoba dan HIV/AIDS.

Persoalan seks bebas kini juga menjadi masalah utama remaja di Indonesia.

“Hal tersebut harus segera ditangani mengingat jumlah remaja terbilang besar, yakni mencapai 26,7 persen dari total penduduk,” kata Plt Kepala BKKBN, Subagyo, di Jakarta, Rabu.

Penelitian Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada 2007 lalu menemukan perilaku seks bebas bukanlah sesuatu yang aneh dalam kehidupan remaja Indonesia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2009 pernah merilis perilaku seks bebas remaja dari penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya.

Hasilnya menunjukkan sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, sebanyak 6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual pranikah.

”Sebagai institusi yang mempunyai fungsi sosialisasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi bagi remaja dalam upaya mempersiapkan kehidupan berkeluarga, BKKBN terus meningkatkan berbagai program,” katanya.

Opini: menurut saya kita sebagai generasi muda harus lebih hati-hati terhadap pergaulan yang akan menjerumuskan diri kita ke dalam masalah, apalagi tentang seks bebas dan HIV/AIDS yang bisa mencemarkan nama baik kita juga keluarga. Selain menjaga diri, dukungan dari orang tua atau orang-orang terdekat juga harus ada agar bisa menjauh dari langkah yang salah.



BAB V: Warga Negara dan Negara 


Dilema Warga Perbatasan, Menyambung Hidup atau Pertahankan Patriotisme


Nunukan - Kalimantan Timur merupakan salah satu wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Pulau yang memiliki batas darat dengan wilayah Negeri jiran tersebut adalah Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik.

Khusus di Pulau Sebatik, ada satu cerita menarik yang perlu diketahui masyarakat Indonesia. Tak lain adalah mengenai bagaimana warga Negara Indonesia perbatasan bertahan hidup dengan dilema suplai kebutuhan yang sangat sulit serta mempertahankan nasionalisme ditengah keadaan yang serba susah.

Rita Yacob (40) merupakan perempuan asli Pulau Nunukan yang telah 13 tahun menetap di Pulau Sebatik. Ibu satu anak ini mengaku senang tinggal di pulau tersebut walau dengan berbagai kendala.

"Untuk makanan dan kebutuhan pokok, kami di pulau ini mendapatkannya dari pedagang di daerah Sungai Nyamuk yang suplainya dari Tawau (salah satu daerah negara bagian Sabah, Malaysia)," ujarnya kepada detikcom saat menyambangi Desa Pancang, Jalan Bedurahim, Pulau Sebatik, Kaltim, Selasa (8/10/2013).

Dia mengakui, untuk mendapatkan suplai dari daerah terdekat seperti Nunukan dan Tarakan membutuhkan waktu yang sangat lama. Belum ditambah dengan harga yang mahal, sehingga masyarakat Sebatik menggantungkan hidup dengan menyuplai kebutuhan hidup dari daerah Tawau, Malaysia.

"Habis bagaimana, menunggu dari Nunukan lama dan mahal. Di Tawau semua ada, dan harganya juga lebih murah. Misalkan minyak goreng di Tawau Rp 10 ribu, di Nunukan lebih mahal," tuturnya polos.

Wanita yang bekerja di bagian penyapuan sampah ini mengatakan, warga Sebatik memakai 2 mata uang untuk bertransaksi, rupiah dan ringgit. Walaupun saat ini 1 Ringgit Malaysia (RM) telah berada di kisaran Rp 3.500, masyarakat tetap lebih senang memenuhi kebutuhan hidup dari negeri jiran.

Opini: Seharusnya pemerintah tidak hanya fokus dalam pembangunan di wilayah perkotaan saja, tetapi juga harus mementingkan kebutuhan dan pembangunan di daerah perbatasan. Sehingga kesejahteraan seluruh warga Indonesia lebih terjamin, sebagaimana tujuan negara pada umumnya.



BAB VI: Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat


Citizen6, Bandung: Kawasan Yayasan Pendidikan Telkom yang berlokasi di Jalan Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Dayeuh Kolot, Bandung, merupakan kawasan tempat berdirinya kampus-kampus yang berada di bawah naungan Telkom yaitu Institut Teknologi Telkom, Istitut Manajemen Telkom, Politeknik Telkom, dan STISI Telkom.

Kawasan ini juga merupakan kawasan tempat tinggal mahasiswa dengan banyaknya kos-kosan dan kontrakan yang disediakan untuk mahasiswa pendatang. Masuknya mahasiswa sebagai pendatang di daerah ini telah membawa paradigma baru dan fenomena kesenjangan sosial yang terjadi antara kaum pendatang dengan kaum pribumi yang ada di sini.
Menurut Bapak Asep Suyana selaku ketua RT 04 RW 06 desa Sukabirus, Dayeuh Kolot, Bandung, sosialisasi antara mahasiswa sebagai kaum pendatang dengan pribumi semakin hari semakin berkurang. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya partisipasi masyarakat ketika kerja bakti yang dilaksanakan oleh warga pribumi. Padahal dulu mahasiswa dan pribumi saling gotong royong membersihkan lingkungan dan ikut kegiatan kerja bakti yang dilaksanakan setiap bulan. “Dulu mahasiswa rajin kerja bakti dan gotong royong bersama masyarakat, sekarang mahasiswa hanya kerja bakti ketika ospek kuliah saja”, tuturnya.

Bukti nyata dari fenomena kesenjangan sosial ini adalah adanya fasilitas berupa kos-kosan dan rumah kontrakan mewah yang dibangun untuk para mahasiswa, sedangkan masyarakat pribumi masih ada yang tinggal di gubuk reot yang terbuat dari bambu lapuk di sepanjang aliran sungai PGA. Mahasiswa mampu kuliah dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor bahkan mobil mewah sementara masih banyak anak-anak kecil masyarakat pribumi yang putus sekolah dan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Mahasiswa mampu membeli dan bermain dengan gadget canggih sebagai pendukung sarana perkuliahan mereka sedangkan anak-anak masyarakat pribumi masih ada yang bermain air dan berenang di sungai PGA yang kumuh.

Tidak semua masyarakat senang dengan perubahan yang terjadi di kawasan Yayasan Pendidikan Telkom ini. Salah satunya adalah ibu Arisah yang telah menetap di daerah kawasan Yayasan Pendidikan Telkom ini selama 25 tahun. Ibu Arisah merindukan suasana seperti dulu ketika kampus Telkom belum masuk ke kawasan tempat ia tinggal. “Dulu masih sepi, adem ayem. Sekarang udah rame banget. Banyak gedung-gedung tinggi”, ujar Ibu Arisah. Ibu Arisah juga mengatakan kalau keamanan yang ada di kawasan Yayasan Penidikan Telkom ini semakin menurun dibanding sebelum Kampus Telkom berdiri. “Dulu daerah ini sepi, aman. Sekarang udah banyak maling. Bahkan kemarin ada pembunuhan”, tuturnya.

Namun tidak semua perubahan ini berdampak negatif. Masuknya mahasiswa pendatang ke kawasan Yayasan Pendidikan Telkom ini telah mengubah paradigma masyarakat yang membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Salah satunya adalah dengan banyaknya peluang bisnis dan lapangan kerja baru yang tersedia bagi masyarakat pribumi. Contohnya adalah bisnis kuliner dan bisnis kos-kosan yang banyak terdapat di sekitar kawasan Telkom. Hal itu membuat masyarakat yang dulunya hanya bekerja sebagai petani mulai merambah ke dunia kewirausahaan. Contohnya dengan membawa usaha seperti warkop dan berjualan roti bakar. Tidak semua perubahan itu berdampak negarif, namun selalu ada dua sisi mata uang terhadap setiap fenomena yang terjadi.kelompok 1 (Rachmat Fitra/Rama Raditya/Rony Octari/ABI) (Kelompok I)

Rachmat Fitra/Rama Raditya/Rony Octari adalah pewarta warga


Opini: Pesatnya pembangunan selain berdampak positif juga berdampak negatif, terkadang ada batas yang kontras antara si kaya dan si miskin, seperti pada artikel diatas. Sebaiknya sebelum melaksanakan pembangunan, ada baiknya dilakukan sosialiasasi kepada masyarakat di sekitar dan mempertimbangkan opini-opini warga sekitar.




BAB VII : Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

IPB Kembangkan Desa Wisata

BOGOR (Pos Kota) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM) -IPB) gelar Lokakarya Pengembangan Desa Wisata Lingkar Kampus di Ruang Sidang Rektor, Gedung Andi Hakim Nasoetion.

Rektor IPB, Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc mengatakan, sivitas dan Pemerintah Kota mendiskusikan hal penting bagaimana desa wisata lingkar kampus dapat dikembangkan terus, dan betul-betul dapat menjadi salah satu penghela penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Wisata merupakan salah satu sektor luar biasa, termasuk menjadi tiga sektor yang menjadi prime over perekonomian nasional. Hanya saja sektor wisata masih belum dikembangkan optimal. Saat ini masih banyak destinasi wisata yang belum digarap. Selama ini kita lebih mengandalkan destinasi tradisional.

“Kita mengembangkan wisata desa berlandaskan community based. IPB memandang konsep ini berdasarkan perspektif ekowisata yang dapat menjaga kelestarian alam Ini akan menarik banyak orang untuk berkunjung dan mampu menggerakkan perekonomian daerah,”ujar Rektor.

Dalam kesempatan ini, Dr. Siti Nurisjah, MSLA memaparkan dalam presentasinya terkait rancangan pengembangan agrowisata desa-desa lingkar kampus. Desa wisata dibagi dalam beberapa basis wisata diantaranya kawasan wisata berbasis alam (hutan, sungai), kawasan wisata berbasis air (situ), kawasan wisata berbasis pertanian organik dan kawasan wisata berbasis kehidupan pertanian.

Walikota Bogor terpilih, Dr.Bima Arya dalam kesempatan ini mengatakan, dirinya sudah lama memimpikan forum seperti ini. “Karena sebagai dosen dan peneliti, menurut saya kekuatan disain pembangunan tergantung sinergitas peneliti dan policy maker. Bersamaan forum ini, kami juga pararel menyusun turunan RPJMD lima tahun ke depan,”kata Bima.

Menurut Dr.Bima, dengan pertemuan ini IPB ingin menguatkan persepsi Pemerintah Kota Bogor mengenai pengembangan potensi Bogor di masa yang akan datang.

“Pembangunan dan penataan potensi Kota Bogor harus dilandasi historical factor atau kesejarahan Kota Bogor sebagai kota wisata dan pemukiman yang nyaman disesuaikan perkembangan demografisnya. Kesimpulan saya, Kota Bogor memiliki potensi yang besar dibidang wisata,”kata Bima. (yopi)
Opini: Artikel tersebut menurut saya merupakan salah satu contoh interaksi antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Sebagai masyarakat perkotaan yang lebih terbuka wawasannya dan lebih sensitif akan peluang usaha demi perekonomian negara mengusulkan untuk membuat tempat wisata yang nantinya akan memberi dampak positif bagi masyarakat pedesaan baik dalam segi ekonomi maupun wawasan.




BAB VIII : Pertentangan-Pertentangan Sosial & Integrasi Masyarakat

Konflik Sosial Ancam Persatuan dan Kesatuan


Solo (ANTARA) - Konflik sosial dan tindakan kekerasan yang merebak di beberapa daerah, terutama perkotaan perlu dicegah karena dapat mengancam persatuan dan kesatuan serta mengganggu kehidupan bernegara dan berbangsa.

Prof Dr Tadjuddin Noer Effendi staf pengajar Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, mengatakan hal itu pada "Seminar Dengan Semangat Kebangkitan Nasional, Kita Galang Kebersamaan Mencegah Kekerasan dan Terorisme Untuk Kedamaian", di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Jumat.

Ia mengatakan, pendekatan preventif (pencegahan) perlu lebih diutamakan daripada pendekatan mengatasi (kuratif). Empati dan mau memahami akan persoalan yang dihadapi para remaja penting untuk dilakukan. Akar persoalan, meskipun tidak langsung tampak ada kaitan dengan tingginya angka pengangguran terbuka usia remaja berpendidikan.

Barangkali kesulitan para remaja mendapatkan akses memasuki pasar kerja dan akses sosial lainnya dapat memicu munculnya ketidakpuasan, keputusan dan frustrasi sosial. Situasi sosial seperti itu dapat menjadi pemantik konflik terbuka dan tindakan kekerasan. Tidak mustahil situasi itu juga sebagai wahana persemaian dan berseminya aksi terorisme.

Momentum bonus demografi perlu dimanfaatkan secara optimal untuk mengurangi angka pengangguran terbuka remaja berpendidikan. Peluang-peluang ekonomi yang muncul seiring dengan bonus demografi perlu diarahkan untuk menciptakan peluang kerja dan berusaha yang dapat menyerap para pengangguran terbuka remaja.

Kelompok remaja ini secara sosial rawan karena berwatak labil mudah terpengaruh isu-isu negatif. Mudah emosi dan terpancing untuk melakukan tindakan kekerasan. Apalagi dalam kehidupan, mereka merasakan ada kesenjangan sosial.

Ia mengatakan dari 40,772 juta penduduk usia 15-24 tercatat sebagai angkatan kerja berjumlah 20,257 juta. Dari jumlah tersebut 45,5 persen berdomisili di perkotaan. Para remaja yang tercatat sudah bekerja sekitar 15,884 juta jiwa yang bekerja di kota 44,3 persen dan sisanya 55,7 persen di desa.

Dikatakan dia, pada tahun 2010 angkatan kerja untuk usia 16 -60 tahun yang tercatat mencari kerja atau pengangguran terbuka sekitar 7,1 persen. Bila dicermati menurut kelompok usia maka ada perbedaan yang mencolok antara tingkat pengangguran terbuka remaja usia 15-24 dengan usia 25-60 tahun.

Tingkat pengangguran terbuka usia 15-24 tahun mencapai 21,4 persen sedangkan untuk usia 25-60 tahun hanya berkisar 4,1 persen. Perbedaan ini tidak jauh berbeda di perkotaan dan perdesaan. (tp)


Opini: Banyak hal yang dapat menyebabkan konflik, yang dapat saya cerna dari artikel tersebut yaitu mengenai kelompok pengangguran yang secara psikologis lebih mudah terpengaruh isu-isu negatif sehingga kelompok cenderung mudah terlibat dalam konflik.





BAB IX : Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan

Akademisi: Atasi Kemiskinan Dengan Pendekatan Ilmu Sosial
Dikutip dari: http://id.berita.yahoo.com/akademisi-atasi-kemiskinan-dengan-pendekatan-ilmu-sosial-091851554.html
Jakarta (ANTARA) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim berpendapat bahwa pendekatan ilmu-ilmu sosial sangat diperlukan dalam upaya pengurangan kemiskinan.

"Dalam pemahaman kami, untuk mengatasi masalah kemiskinan memerlukan kontribusi nyata ilmu-ilmu sosial. Itu karena ilmu sosial memiliki kekuatan yang dapat digunakan untuk memahami berbagai dimensi masalah yang dihadapi manusia, seperti masalah kemiskinan," kata Lukman di Jakarta, Senin.

Pernyataan tersebut dia sampaikan dalam seminar bertajuk "Peran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora dalam Pengurangan Kemiskinan" di Gedung Widya Graha LIPI di Jakarta.

Dia mengatakan kemiskinan merupakan topik yang dibahas di seluruh dunia karena hal itu merupakan permasalahan global.

"Kebanyakan orang memahami kemiskinan secara subyektif dan relatif, sementara yang lain melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut pandang ilmiah yang telah dibentuk," ujarnya.

Menurut Lukman, kemiskinan adalah hasil dari akumulasi pembangunan yang terdistorsi. Distorsi atau penyimpangan itu, kata dia, terbukti dengan adanya suatu paradoks dalam masyarakat di beberapa negara, yakni fenomena kemiskinan yang tinggi di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

"Jadi, pembangunan tidak selalu merupakan suatu potret harmoni antara pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial. Faktanya, di banyak negara di dunia, pertumbuhan ekonomi tidak sejalan dengan pembangunan sosial," tuturnya.
Di Indonesia, lebih lanjut dikatakannya, momentum pertumbuhan ekonomi dalam 15 tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menjadi stimulus pengentasan kemiskinan.

"Lebih dari 32 juta orang Indonesia dari populasi 234 juta saat ini hidup di bawah garis kemiskinan. Selain itu, sekitar setengah dari seluruh rumah tangga tetap berada di sekitar garis kemiskinan nasional dengan kisaran pendapatan Rp200.262 per bulan," jelasnya.

Oleh karena itu, kata Lukman, dengan mempertimbangkan realitas sosial yang terjadi saat ini, pemerintah tidak bisa lagi mengabaikan pentingnya pembangunan berbasis sosial dengan memakai pemdekatan ilmu-ilmu sosial.

Kepala LIPI itu mendefinisikan pembangunan berbasis sosial sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan, di mana pembangunan dilakukan untuk melengkapi proses dinamis pembangunan ekonomi.

"Dengan kata lain, perlu ada keseimbangan pembangunan. Pembangunan harus bertujuan memperkuat masyarakat untuk hidup makmur dan sejahtera," ucapnya.

Dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan, lanjutnya, strategi awal adalah untuk merancang kebijakan sosial dan perencanaan sosial.

"Sekali lagi, kita perlu pandangan yang berbeda dari berbagai ilmuwan sosial yang dapat membangun suatu "blok bangunan" untuk memahami dan menangani masalah kemiskinan," ujar Lukman.(tp)

Opini : Dari artikel tersebut, yang dapat saya simpulkan bahwa sebaiknya pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan sosial, sehingga tercipta keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan sosial. Menurut artikel tersebut, meskipun pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi belum berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Oleh karena itu, pembangunan harus bertujuan memperkuat masyarakat untuk hidup makmur dan sejahtera.





BAB X: AGAMA DAN MASYARAKAT

Konflik Antar Agama & Etnis di Poso & Sampit



Kerusuhan yang berlatarbelakang agama, etnis, dan golongan terjadi di Poso, Sulawesi Tengah pada 17 April 2000. Dalam kerusuhan tersebut terjadilah saling serang antara desa Nasrani dan desa Islam. Menurut data Polri, kerusuhan tersebu memakan korban 137 orang meninggal, sedangkan menurut militer 237 orang meninggal, 27 luka-luka, puluhan rumah rusak dan dibakar, 1 bus dibom, beberapa gereja dirusak, dibakar, dan dibom.

Kerusuhan ini terjadi pada masa kepemimpinan Kapolri Rusdihardjo. Kapolri pun bergegas mengatasi kerusuhan ini, alhasil Polri pun berhasil menangkap 114 tersangka, 77 diantaranya membawa senjata tajam dan senjata api rakitan, selebihnya terlibat dalam kasus pembakaran, penjarahan, dan menghasut massa. Lalu mereka pun diajukan ke pengadilan untuk diproses secara hukum. Kemudian pada masa Kapolri Suroyo Bimantoro terjadi kerusuhan etnis di daerah Sampit dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah.



Konflik etnis yang terjadi di Sampit dan sekitarnya adalah permusuhan antara dua suku, yakni Suku Dayak (asli) dan Suku Madura (pendatang).

Peristiwa kerusuhan yang pecah pada 18 Februari 2001 di Jalan Karyabaru, Sampit dan di Jalan Tidar Cilik Riwut (km 1, Sampit) dipicu oleh serangan yang dilakukan kelompok suku Madura terhadap suku Dayak. Dalam peristiwa penyerangan tersebut 7 orang suku Dayak dan 5 orang Madura meninggal. Akibat dari penyerangan tersebut adalah terjadinya serangan balas dari suku Dayak terhadap suku Madura yang mengakibatkan 87 orang meninggal, sebagian besar dari suku Madura.

Rincian jumlah korban yang jatuh dalam kerusuhan ini menurut Polda Kalteng adalah 388 orang (164 diantaranya tanpa kepala) dari suku Madura dan dari suku Dayak hanya 16 orang meninggal serta 2 orang suku Banjar. Sedangkan kerugian material sebanyak 1.234 rumah dibakar dan 748 rumah dirusak. Sedangkan untuk kendaraan, 16 unit mobil, 48 unit motor, dan 114 becak dibakar. Ditambah lagi sebuah pasar, 75 kios, 29 ruko, 14 gudang dirusak/dibakar. Selain itu, polisi pun menyita barang bukti kerusuhan berupa 9 pucuk senjata api rakitan, 98 buah bom rakitan, 410 buah mandau, 374 buah tombak, 455 buah parang, 41 buah kapak, 1 buah samurai, dan 10 buah linggis.
Pada kerusuhan Sampit, tercatat sebanyak 65.134 orang Madura mengungsi dan di- evakuasi ke Surabaya menggunakan 5 kapal laut.



Opini: Konflik suku dan agama berdampak buruk mulai dari kehilangan materi sampai dengan hilangnya nyawa. Oleh karena itu, Sebaiknya antar warga negara menumbuhkan sikap toleransi yang baik dan pemerintah pun wajib membina persatuan warga negara misalnya dengan mengadakan acara yang dapat menumbuhkan sikap kebersamaan dan saling memiliki.





Nama : Ardian Pramana

NPM  : 11113244
Kelas  : 1KA07





BAB X: AGAMA DAN MASYARAKAT

Pengertian Agama dan Masyarakat
 
Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1983). Sedangkan agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Sedangkan Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. 
Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 5,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu, dan 3,4% kepercayaan lainnya.
 
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.
 
Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia.
 
Berdasarkan sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia.

Berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)”.

1. Islam
Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, dengan 88% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Masuknya agama islam ke Indonesia melalui perdagangan.
 
2. Hindu 
Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit.
 
3. Budha
Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad keenam masehi. Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu.
 
4. Kristen Katolik
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Dan pada abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah.
 
5. Kristen Protestan
Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonialBelanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia.Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda.
 
6. Konghucu
Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang individual.





A. Fungsi Agama

Agama dalam kehidupan masyarakat sangat penting, misalnya saja dalam pembentukan individu seseorang.
  • Fungsi agama di bidang sosial. Agama dapat membantu para anggota-anggota masyarakat dalam kewajiban sosial.
  • Fungsi agama dalam sosialisasi. Agama dapat membantu individu untuk menjadi lebih baik diantara lingkungan masyarakat-masyarakat yang lain supaya dapat berinteraksi dengan baik.
  • Fungsi agama dalam masyarakat. Prof. Dr. H. Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama membantu kita memahami beberapa fungsi agama dalam masyarakat, antara lain: 
    • Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.
    • Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya Kala Agama Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama monoteisme (ajaran menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi berhak bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak? Apalagi bertanya bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama) harus meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti terbuka bahwa Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang menyeluruh. Rencana itu tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami secara sendirian. Bisa jadi agama-agama lain mempunyai pengertian dan sumbangan untuk menyelami rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama bisa dimulai dengan terbuka dan jujur serta setara.
    • Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh. Tentu dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
    • Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
    • Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar "Civil Society" (kehidupan masyarakat) yang memukau.
    • Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
    • Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
    • Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi, melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Allah, itu adalah ibadah. 
  • Fungsi agama dalam kehidupan manusia. Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16 : 78) Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya. Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu Godaan dan rayuan yang berusaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan. Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan.Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran. Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan sebagai berikut: 
    • Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia. Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT. 
    • Menjawab berbagai persoalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia. Segala persoalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan persoalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab persoalan-persoalan ini. 
    • Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia. Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama. 
  • Memainkan fungsi kawanan sosial. Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial.
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
 
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
  • Fungsi Integratif Agama. Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
  • Fungsi Disintegratif Agama. Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.

Dimensi Komitmen Agama 
 
Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson:
  • Dimensi keyakinan mengandung perkiraan/harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu.
  • Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
  • Dimensi pengetahuan, dikaitkan dengan perkiraan.
  • Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama mempunyai perkiraan tertentu.
  • Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.

Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah:
  • Karena agama merupakan sumber moral.
  • Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
  • Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
  • Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.


 B. PELEMBAGAAN AGAMA

Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga dimana tempat tersebut untuk membimbing manusia yang mempunyai atau menganut suatu agama dan melembagai suatu agama. Seperti di Indonesia pelembagaan agamanya seperti MUI, MUI merupakan singkatan dari Majelis Ulama Indonesia,yang menghimpun para ulama indonesia untuk menyatukan gerak langkah islam di Indonesia, MUI yang melembagai atau membimbing suatu agama khususnya agama islam. 

Dengan kata lain pelembagaan agama adalah wadah untuk menampung aspirasi-aspirasi di setiap masing-masing agama. ketika ada selisih paham yang tidak sependapat dengan agama yang bersangkutan, maka masalah tersebut di bawa ke pelembagaan agama, untuk di tindak lanjuti.dengan memusyawarahkan masalah tersebut dan di ambil keputusan bersama dan di sepakati bersama pula.

Tiga tipe kaitan agama dengan masyarakat:
a. masyarakat dan nilai-nilai sacral
b. masyarakat-masyarakat praindustri yang sedang berkembang
c. masyarakat-masyarakat industri sekuler


 


C. AGAMA, KONFLIK, DAN MASYARAKAT

Secara sosiologis, Masyarakat agama adalah suatu kenyataan bahwa kita adalah berbeda-beda, beragam dan plural dalam hal beragama. Ini adalah kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya dan tidak dapat dipungkiri lagi. Dalam kenyataan sosial, kita telah memeluk agama yang berbeda-beda. Pengakuan terhadap adanya pluralisme agama secara sosiologis ini merupakan pluralisme yang paling sederhana, karena pengakuan ini tidak berarti mengizinkan pengakuan terhadap kebenaran teologi atau bahkan etika dari agama lain.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Rasjidi bahwa agama adalah masalah yang tidak dapat ditawar-tawar, apalagi berganti. Ia mengibaratkan agama bukan sebagai (seperti) rumah atau pakaian yang kalau perlu dapat diganti. Jika seseorang memeluk keyakinan, maka keyakinan itu tidak dapat pisah darinya. Berdasarkan keyakinan inilah, menurut Rasjidi, umat beragama sulit berbicara objektif dalam soal keagamaan, karena manusia dalam keadaan involved (terlibat). Sebagai seorang muslim misalnya, ia menyadari sepenuhnya bahwa ia involved (terlibat) dengan Islam. Namun, Rasjidi mengakui bahwa dalam kenyataan sejarah masyarakat adalah multi-complex yang mengandung religious pluralism, bermacam-macam agama. Hal ini adalah realitas, karena itu mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri, dengan mengakui adanya religious pluralism dalam masyarakat Indonesia.
 
Banyak konflik yang terjadi di masyarakat Indonesia disebabkan oleh pertikaian karena agama. Contohnya tekanan terhadap kaum minoritas (kelompok agama tertentu yang dianggap sesat, seperti Ahmadiyah) memicu tindakan kekerasan yang bahkan dianggap melanggar Hak Asasi Manusia. Selain itu, tindakan kekerasan juga terjadi kepada perempuan, dengan menempatkan tubuh perempuan sebagai objek yang dianggap dapat merusak moral masyarakat. Kemudian juga terjadi kasus-kasus perusakan tempat ibadah atau demonstrasi menentang didirikannya sebuah rumah ibadah di beberapa tempat di Indonesia, yang mana tempat itu lebih didominasi oleh kelompok agama tertentu sehingga kelompok agama minoritas tidak mendapatkan hak.

 
Konflik yang ada dalam Agama dan Masyarakat
 
Di beberapa wilayah, integritas masyarakat masih tertata dengan kokoh. Kerjasama dan toleransi antar agama terjalin dengan baik, didasarkan kepada rasa solidaritas, persaudaraan, kemanusiaan, kekeluargaan dan kebangsaan. Namun hal ini hanya sebagian kecil saja karena pada kenyataannya masih banyak terjadi konflik yang disebabkan berbagai faktor yang kemudian menyebabkan disintegrasi dalam masyarakat.
Banyak konflik yang terjadi di masyarakat Indonesia disebabkan oleh pertikaian karena agama. Contohnya tekanan terhadap kaum minoritas (kelompok agama tertentu yang dianggap sesat, seperti Ahmadiyah) memicu tindakan kekerasan yang bahkan dianggap melanggar Hak Asasi Manusia. Selain itu, tindakan kekerasan juga terjadi kepada perempuan, dengan menempatkan tubuh perempuan sebagai objek yang dianggap dapat merusak moral masyarakat. Kemudian juga terjadi kasus-kasus perusakan tempat ibadah atau demonstrasi menentang didirikannya sebuah rumah ibadah di beberapa tempat di Indonesia, yang mana tempat itu lebih didominasi oleh kelompok agama tertentu sehingga kelompok agama minoritas tidak mendapatkan hak.
Permasalah konflik dan tindakan kekerasan ini kemudian mengarah kepada pertanyaan mengenai kebebasan memeluk agama serta menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam UUD 1945, pasal 29 Ayat 2, sudah jelas dinyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam memeluk agama dan akan mendapat perlindungan dari negara.
 
Pada awal era Reformasi, lahir kebijakan nasional yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia. Namun secara perlahan politik hukum kebijakan keagamaan di negeri ini mulai bergeser kepada ketentuan yang secara langsung membatasi kebebasan beragama. Kondisi ini kemudian menyebabkan terulangnya kondisi yang mendorong menguatnya pemanfaatan kebijakan-kebijakan keagamaan pada masa lampau yag secara substansial bertentangan dengan pasal HAM dan konstitusi di Indonesia.
 
Hal ini lah yang dilihat sebagai masalah dalam makalah ini, yaitu tentang konflik antar agama yang menyebabkan tindakan kekerasan terhadap kaum minoritas dan mengenai kebebasan memeluk agama dan beribadah dalam konteks relasi sosial antar agama. Penyusun mencoba memberikan analisa untuk menjawab masalah ini dilihat dari sudut pandang kerangka analisis sosiologis: teori konflik.

 


D. PENDAPAT
 
Menurut saya, setiap orang pasti menganut dan mengamalkan kepercayaan masing-masing, meskipun ada beberapa orang yang dikategorikan kedalam golongan atheis. Di negara Indonesia, kebebasan memeluk agama sudah diatatur dalam Undang-undang dan tidak ada paksaan dalam memeluk agama yang dipercayainya. Saya percaya setiap agama pasti mengajarkan pemeluknya untuk bersikap baik dan saling menolong antar sesama manusia. Sehingga sebagai anggota masyarakat harus saling menghormati antar pemeluk agama. Sehingga meminimalisir maupun mencegah adanya konflik antar umat beragama.



 



E. REFERENSI

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama 
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodu
http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/
http://defanani.blogspot.com/2012/10/fungsi-agama-dalam-kehidupan-masyarakat.html 

http://vncyssie.wordpress.com/2010/11/24/agama-dan-masyarakat/
http://taufiq-leo.blogspot.com/2011/02/pelembagaan-agama.html
http://herisantoso89.blogspot.com/2010/10/agama-konflik-dan-masyarakat.html



Nama : Ardian Pramana
Kelas : 1 KA 07
NPM : 11113244